LAPORAN PRAKTIKUM ELDAS
NAMA : RILA PRATIWI SASKIA WINADA
NIM : A1C315028
TRANSISTOR SEBAGAI PENGUAT
TEGANGAN
( COMMON EMITTOR )
I.
TUJUAN
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari praktikum kali ini, adalah :
a.
Memahami cara kerja rangkaian
common emitter
b.
Menghitung hfe dan hoe dari
kurva karakteristik keluaran transisitor
c.
Membuat transisitor bekerja
dengan titik q ditengah garis beban, pada daerah saturasi, dan pada cut off,
serta menjelaskan bentuk – bentuk isyarat keluaran pada saat transistor bekerja
pada titik operasi yang bersangkutan
d.
Mengukur hambatan masukan
penguat dan hambatan keluaran penguat
e.
Mengukur tanggapan amplitude
penguat
II.
DASAR TEORI
Penguat common emmitor adalah penguat yang
kaki emitter transistor digroundkan, lalu input dimasukkan kebasis dan output
diambil pada kaki kolektor. Penguat common emitter juga mempunyai karakter
sebagai penguat tegangan.
Penguat common emitter mempunyai karakteristik sebagai berikut :
a. Sinyal outputnya berbalik fasa 180 derajat terhadap sinyal input
b. Sangat mungkin terjadi osilasi karena adanya umpan balik
positif, sehingga sering dipasang
umpan balik negative untuk mencegahnya
c. Sering dipakai pada penguat frekuensi rendah (terutama pada sinyal
audio )
d. Mempunyai stabilitas penguatan yang rendah karena bergantung pada
kestabilan suhu dan bias transistor
Jika tegangan keluaran turun
oleh pertambahan arus beban, maka VBE (tegangan basis – emitter) bertambah dan
arus beban besar, sehingga titik q bergeser keatas sepanjang garis beban (
Sutrisno,1986:172 ).
Rangkaian common emitter (CE) adalah rangkaian yang paling
sering digunakan untuk berbagai aplikasi yang menggunakan transistor. Dinamakan
rangkaian CE, sebab titik ground atau titik tegangan 0 Volt dihubungkan pada
titik emitter. Pada rangkaian CE sering digunakan rangkaian ekuivalen h. Harga
– harga parameter h seperti :
Daerah kerja transistor
normal adalah pada daerah aktif dimana arus Ic konstan terhadap berapapun nilai
Vce. Daerah kerja ini disebut daerah linear ( linear region ). Jika hukum
Kirchoff pada pembagi tegangan dan arus diterapkan pada rangkaian CE,maka
diperoleh hubungan :
Dan untuk daerah
saturasi mulai dari VCE = 0 sampai kira – kira 0,7 Volt (
Malvino,2003:91).
Emitter menjadi bagian bersama untai masukan dan keluaran.
Resistansi keluarannya adalah resistansi didalam penguat yang terlihat oleh
beban, resistansi keluaran diperoleh dengan membuat Vs = 0 dan RL (hambatan
beban) =
. Dengan menghubungkan
pembangkit luar pada ujung keluaran, maka arus mengalir kedalam penguat.
Konfigurasi emitter lebih sering digunakan sebagai penguat arus,
sesuai nama emitter dipakai bersama sebagai terminal masukan atau keluaran.
Arus input dalam konfigurasi ini adalah iB dan arus emitter :
Transistor berfungsi sebagai penguat tegangan dengan menggunakan
konfigurasi common emitter. Rangkaian emitter bersama ( common emitter ) adalah
rangkaian BJT yang menggunakan terminal emitter sebagai terminal bersama yang
terhubung ke sinyal basis (ground), sedangkan terminal masukan dan keluaran
terletak masing – masing pada terminal basis dan terminal kolektor. Berikut
merupakan skema sederhana dari rangkaian penguat BJT :
Dari gambar dapat
dilihat bahwa rangkaian inputnya adalah basis dan output adalah kolektor,
sedangkan emitter dihubungkan ke ground ( Siregar W,2004:96 ).
III.
ALAT DAN KOMPONEN
Adapun alat dan komponen yang digunakan, adalah :
a.
Catu daya
b.
Multimeter
(digital/analog)
c.
Osiloskop (CRO) jejak
ganda (dual trace)
d.
Sinyal generator atau
generator audio (AFG)
e.
Transistor NPN, BC-107
atau 2N3904 atau C-547 atau yang ekuivalen
f.
Papan rangkaian (dibuat
dahulu)
g.
Resistor dan kapasitor
yang spesifikasinya sesuai dengan desain
IV.
PROSEDUR PERCOBAAN
a.
Digunakan peruntut lengkung
( curve tracer) , dicatat bentuk lengkung ciri keluaran transistor yang
digunakan, ditentukan hfe dan hoe langsung dari lengkung cirinya
b.
Diberikan tegangan Vcc
= 12 Volt pada rangkaian gambar 8
c.
Tanpa diberi isyarat
masukan, diatur potensiometer VR agar VCE = 6V. Pada keadaan ini dihitung arus
IC dengan diukur beda tegangan kedua ujung RC. Kemudian diukur VBE dan IB
menggunakan multimeter. Kemudian dimasukkan isyarat sinusoidal dengan frekuensi
1 KHz dan diatur tegangan isyarat masukan agar isyarat keluaran tidak cacat
bentuknya
d.
Diukur dan dicatat
tegangan keluaran Vo dan isyarat masukan Vi dengan osiloskop
e.
Diulangi untuk harga
frekuensi yang berbeda untuk menentukan tanggapan amplitude
V.
DATA HASIL
Transistor sebagai penguat tegangan ( common emitter )
F
|
Vcc
|
Vin
|
Vout
|
108 Hz
|
5 V
|
3,57 V
|
12,3 V
|
210 Hz
|
5 V
|
3,57 V
|
10,6 V
|
306 Hz
|
5 V
|
3,57 V
|
7,07 V
|
518 Hz
|
5 V
|
3,57 V
|
1,76 V
|
1000 KHz
|
5 V
|
3,57 V
|
1,04 V
|
VI.
PEMBAHASAN
Penguat common emitter adalah penguat
yang kaki emitter transistor digroundkan, lalu input dimasukkan ke basis dan
output diambil pada kaki kolektor. Penguat common emitter juga mempunyai
karakteristik sebagai penguat tegangan.
Pada literature diketahui gambar penguat
common emitter sebagai berikut :
Hari ini dengan praktikum berjudul ‘’
Transistor sebagai penguat tegangan (common emitter)’’, diukur tegangan
keluaran Vo dan isyarat masukan Vi dengan osiloskop. Alat dan komponen yang
digunakan dalam praktikum kali ini, antara lain catu daya DC, multimeter
digital, osiloskop, signal generator, transistor tipe NPN, papan rangkaian dan
resistor serta kapasitor. Selanjutnya, kami mulai dengan membuat rangkaian
seperti yang ada dipenuntun :
Dalam praktikum yang telah dilakukan,
digunakan RB1 sebesar 100 kΏ,RB2 22 kΏ, kapasitor emitter
(CE) 220
, RC 22 kΏ resistor
emitter (RC) 1K,C1 1
dan C2 10
Tegangan input yang
digunakan adalah 3,57 V dan Vcc sebesar 5 V. Setelah itu diperoleh hasil : pada
frekuensi 108 Hz tegangan keluarannya (Vout) adalah 12,3 V ; frekuensi 220 Hz
tegangan keluarannya (Vout) 10,6 V; pada frekuensi 306 Hz tegangan keluarannya
(Vout) sebesar 7,07 V ; frekuensi 518 Hz tegangan keluaranya (Vout) sebesar
1,76 V ; dan yang terakhir 1 KHz didapat (Vout) tegangan keluaran sebesar 1,04
V.
Seperti yang diketahui prinsip yang
dipakai dalam transistor sebagai penguat yaitu arus kecil pada basis dipakai
untuk mengontrol arus yang lebih besar yang diberikan ke kolektor melalui transistor
tersebut. Kelebihan dari transistor penguat bukan sekedar menguatkan sinyal,
namun transistor juga dapat dipakai sebagai penguat arus, penguat daya dan
tegangan. Perbandingan antara Vout dan Vin (KV) pada percobaan ini adalah,
seperti ditunjukkan pada persamaan dibawah :
KV = 3,445 V
Jadi, KV pada frekuensi 108 Hz adalah 3,445 V. Dengan persamaan
yang sama diperoleh pada KV frekuensi 210 Hz sebesar 2,97 V; frekuensi 306 Hz
sebesar 1,98 V; frekuensi 518 Hz sebesar 0,49 V; dan terakhir frekuensi 1 KHz
diperoleh KV sebesar 0,39 V. Jika digambarkan kurva perbandingan antara KV dan
frekuensi masukan, maka :
Dari kurva diatas,
dapat dilihat bahwa seakin besar frekuensi masukan yang diberikan maka nilai
perbandingan KVnya akan semakin kecil. Pada praktikum ini tidak dilakukan
pengukuran pada arus C dan arus B sehingga nilai hfe dapat dihitung secara
teori sebagai berikut :
Karena VBB = IB . RB, maka
VB = IB x
4,09 = IB x
4,09 = IB x
4,09 = IB x 0,183 . 105
IB =
= 2.10-4 = 20 mA
Sedangkan untuk arus Ic :
Ic =
=
=
= 2. 10-4 A = 20 mA
Dengan demikian, maka :
Karena
, maka
, dimana :
Dengan demikian IE = IC /
, atau IE =
20 mA / 0,5 = 40 mA.
Sementara untuk mencari
hoe adalah :
Maka : rc =
25 / 40 mA = 0,625 Ώ
Sehingga : 1 / hoe = rc
/ 1 +
1 / hoe = 0,625 / 1 + 1
1 / hoe = 0,625 / 2 = 1 / hoe = 0,3125
Hoe = 1 / 0,3125 = 3,2 Ώ
Didapatlah impedansi masukan dengan persamaan :
Ri = RB // hie
Dimana hie = (1 + hfe) . 25 / IE mA
= (1 + 1) .
= 50 / 40 mA = 1,25 Ώ
Maka : Ri = RB // hie
= RB1 // RB2 // hie
=
// hie
=
// 1,25 Ώ
= 18032,78 Ώ // 1,25 Ώ
=
=
= 1,249 Ώ
Sedangkan, impedansi keluarannya adalah :
Ro =
=
// 22.000 Ώ
= 0,3125 Ώ // 22.000 Ώ
=
=
= 0,3124 Ώ
VII.
KESIMPULAN
Dari praktikum dengan judul ‘’
Transistor sebagai penguat tegangan (common emitter)’’, dapat disimpulkan bahwa
:
a. Transistor dapat digunakan sebagai
penguat tegangan. Pada rangkaian ini, bagian emitter transistor ditanahkan.
Arus kecil pada basis dipakai untuk mengontrol arus yang lebih besar pada
kolektpr melalui transistor tersebut. Isyarat masukan, masuk melalui basis dan
keluar melalui kolektor pada tanah AC
b. Menentukan hfe berdasarkan kurva
karakteristik, digunakan dua lengkung untuk dua nilai. Dari grafik ditentukan
arus kolektor, maka
Sedangkan nilai hoe ditentukan dari
kemiringan lengkung ciri static keluaran pada titik q
c. Untuk mengukur hambatan masukan
penguat
Sedangkan untuk mengukur hambatan
keluaran
d. Penguat tegangan ditunjukkan pada
persamaan KV = Vo / Vi
Pada rangkaian percobaan diketahui Vo
= - (hfe.ib) . ( 1/ hoe // Rc )
Dan Vi = ib . hie, maka
e. Titik q bergeser sepanjang garis
beban jika suhu naik, karena arus Ic dipengaruhi oleh suhu. Perubahan titik q
ini disebabkan oleh arus penjemukan yang menyebrang sambungan B-C dalam
tegangan mundur berubah dengan suhu atau karena perubahan VBE (q)
terhadap suhu
VIII.
DAFTAR PUSTAKA
Malvino,A.P. 2003. Elektronik
Principle. Mc Graw : Hill
Siregar,W. 2004. Electrical
Utilities. Jakarta : Erlangga
Sutrisno.
1986. Elektronika : Teori Dasar I dan Penerapannya. Bandung : ITB
Thomas,R.
2002. Dasar Elektronika. Yogyakarta : Andi Yogyakarta
Komentar
Posting Komentar