PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS


UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN MODEL SCRAMBLE PADA PEMBELAJARAN FISIKA MATERI USAHA DAN ENERGI DI SMA NEGERI 5 KOTA JAMBI


PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Jambi
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan
Program Sarjana Pendidikan Fisika

 
Oleh
Rila Pratiwi Saskia Winada
NIM A1C315028





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
MARET, 2018

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... i
A.    Judul............................................................................................................. 1...........
B.     Pendahuluan................................................................................................. 1
B.1     Latar Belakang.................................................................................. 3
B.2     Rumusan Masalah Penelitian............................................................. 3
B.3     Tujuan Penelitian............................................................................... 3
B.4     Manfaat Penelitian............................................................................ 4
C.     Kajian Teoritik............................................................................................. 5
C.1     Pengertian Belajar............................................................................. 5
C.2     Pengertian Pembelajaran................................................................... 5
C.3     Model Pembelajaran.......................................................................... 6
C.4     Model Sramble.................................................................................. 8
   C.4.1 Pengertian Model Sramble.............................................................. 8
   C.4.2 Macam-Macam Bentuk Model Scranble......................................... 9
   C.4.3 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Scramle............................ 9
   C.4.4 Manfaat Model Pembelajaran Scramble....................................... 11
   C.4.5 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Srcamble........... 12
C.5     Motivasi Belajar.............................................................................. 13
   C.5.1 Pengertian Motivasi Belajar.......................................................... 13
   C.5.2 Fungsi Motivasi Belajar................................................................. 14
   C.5.3 Jenis Motivasi Belajar.................................................................... 16
   C.5.4 Cara Membangkitkan Motivasi Belajar......................................... 17
   C.5.5 Manfaat Motivasi Belajar.............................................................. 20
C.6     Usaha dan Energi............................................................................ 20
   C.6.1 Usaha............................................................................................. 20
   C.6.2 Energi............................................................................................ 23
      C.6.2.1 Energi Kinetik......................................................................... 23
      C.6.2.2 Energi Potensial....................................................................... 23
      C.6.2.3 Hukum Kekekalan Energi....................................................... 27
      C.6.2.4 Hubungan antara Usaha dan Energi Kinetik........................... 28
C.7     Hasil Penelitian yang Relevan......................................................... 29
C.8     Kerangka Berfikir............................................................................ 29
D.    Metode Penelitian...................................................................................... 30
D.1     Tempat dan Waktu Penelitian......................................................... 30
D.2     Subjek Penelitian............................................................................. 31
D.3     Data dan sumber Data.................................................................... 31
   D.3.1 Data............................................................................................... 31
   D.3.2 Sumber Data................................................................................. 31
D.4     Teknik Pengumpulan Data.............................................................. 31
D.5     Teknik Analisa Data........................................................................ 32
   D.5.1 Analisi Data Kuantitatif................................................................ 32
   D.5.2 Analisi Data Kualitatif.................................................................. 33
D.6     Indikator Pencapaian...................................................................... 34
D.7     Prosedur Penelitian......................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 35

A.      Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Dengan Model Scramble Pada Pembelajaran Fisika Materi Usaha Dan Energi Di SMA Negeri 5 Kota Jambi

B.       Pendahuluan
B.1           Latar Belakang Masalah
Fisika merupakan bagian dari mata pelajaran IPA atau sains. Fisika merupakan cabang ilmu pengetahuan alam yang didalamnya menjelaskan gejala fisis fenomenal yang terjadi dialam, baik secara teori maupun perhitungan. Fisika menghasilkan banyak sekali konsep, hukum dan teori.
Dalam pembelajaran fisika, kemampuan pemahaman konsep merupakan syarat mutlak dalam mencapai keberhasilan belajar fisika. Hanya dengan penguasaan konsep fisika seluruh permasalahan fisika dapat dipecahkan, baik permasalahan fisika yang ada dalam kehidupan sehari–hari maupun permasalahan fisika dalam bentuk soal fisika di sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa pelajaran fisika bukanlah pelajaran hafalan tetapi lebih menuntut pemahaman konsep bahkan aplikasi konsep.
Sangat disayangkan mata pelajaran fisika pada umumnya justru dikenal sebagai mata pelajaran yang ’ditakuti’ dan tidak disukai murid. Kecenderungan ini biasanya berawal dari pengalaman belajar mereka yang memberikan kesan bahwa pelajaran fisika adalah pelajaran ’berat’ dan serius yang tidak jauh dari persoalan konsep, pemahaman konsep, penyelesaian soal yang rumit melalui pendekatan matematis sampai kegiatan praktikum yang menuntut mereka melakukan segala sesuatunya dengan sangat teliti dan cenderung membosankan. Akibatnya, tujuan pembelajaran yang diharapkan menjadi sulit dicapai. Hal ini terlihat dari rendahnya nilai rata – rata mata pelajaran sains fisika khususnya materi usaha dan energi di SMA Negeri 5 Kota Jambi.
Khusunya dalam usaha dan energi, dalam pembelajarannya siswa memerlukan pengalaman secara langsung, sehingga siswa harus dihadapkan dengan kegiatan yang melibatkan keikutsertaan siswa dalam pembelajaran. Oleh karena itu, apabila siswa kurang mendapatkan pengalaman langsung dalam proses pembelajaran akan mengakibatkan kurangnya motivasi yang mendorong siswa tersebut sehingga menyebabkan rendahnya hasil belajar terhadap materi yang diajarkan, sehingga siswa sulit untuk mengulang kembali ataupun menarik kesimpulan terhadap materi yang telah diajarkan.
Data yang diperoleh dari guru fisika SMAN 5 Kota Jambi kelas X MIA 3 tahun ajaran 2017/2018 pada mata pelajaran fisika memiliki nilai rata-rata 65-70, sedangkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 75. Berdasarkan data nilai tersebut terlihat bahwa nilai rata-rata  kelas X MIA 3 lebih rendah dibandingkan dengan kelas lainnya, menurut pendapat guru tersebut bahwa kelas X MIA 3 merupakan kelas yang motivasi belajar siswanya masih rendah.
Untuk mendapatkan motivasi belajar tersebut dibutuhkan suatu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Dalam dunia pendidikan ada berbagai macam model pembelajaran yang dapat kita gunakan untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara dan gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal. Salah satu model pembelajaran yang kita kenal adalah model pembelajaran scramble. Sintaksnya adalah : buatlah kartu soal sesuai materi bahan ajar, buat pula kartu jawaban dengan diacak nomornya, sajikan materi, bagikan kartu soal dan kartu jawaban, siswa berkelompok mengerjakan soal dan mencari kartu soal untuk jawaban yang cocok. Dengan menggunakan model pembelajaran yang beragam, termasuk didalamnya model pembelajaran scramble ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan minat siswa terhadap mata pelajaran fisika materi usaha dan energi. Dengan demikian, akan mengubah cara pandang mereka terhadap mata pelajaran ini dan pada akhirnya diharapkan dapat pula meningkatkan nilai rata – rata mata pelajaran sains fisika khususnya materi usaha dan energi. Berdasarkan permasalahan ini, hendaknya guru mampu memilih model pembelajaran yang mampu meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran sains fisika khususnya materi usaha dan energi juga ikut meningkat.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul ‘’ Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Dengan Model Scramble Pada Pembelajaran Fisika Materi Usaha Dan Energi Di SMA Negeri 5 Kota Jambi ‘’.

B.2           Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka ditetapkan permasalahan dalam penelitian ini yaitu:
a.       Bagaimana penggunaan model pembelajaran scramble dapat meningkatkan motivasi siswa pada mata pelajaran fisika materi usaha dan energi di SMA Negeri 5 Kota Jambi ?
b.      Bagaimana keefektifan model scramble dalam meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran fisika materi usaha dan energi di SMA Negeri 5 Kota Jambi ?

B.3           Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka ditetapkan tujuan penelitian ini yaitu:
a.       Untuk mengetahui bagaimana model pembelajaran scramble dapat meningkatkan motivasi siswa pada mata pelajaran fisika materi usaha dan energi di SMA Negeri 5 Kota Jambi.
b.      Untuk mengetahui bagaimana keefektifan model scramble dalam meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran fisika materi usaha dan energi di SMA Negeri 5 Kota Jambi.

B.4           Manfaat Penelitian
Model Scramble diharapkan dapat membantu mengatasi permasalahan dalam memahami mata pelajaran fisika materi usaha dan energi di kelas X MIA 3 SMA Negeri 5 Kota Jambi.
Adapun manfaat lebih spesifik yaitu :
a.       Bagis Siswa
Dengan menggunakan model pembelajaran yang beragam termasuk didalamnya model pembelajaran scramble diharapkan dapat mengurangi kebosanan siswa terhadap cara belajar yang monoton, sehingga suasana belajar menjadi lebih menyenangkan, dan dengan suasana belajar yang menyenangkan maka motivasi dan minat belajar fisika menjadi lebih baik dan pada akhirnya belajar fisika tidak lagi dirasakan sebagai beban tapi dapat dirasakan sebagai suatu pengalaman belajar yang menyenangkan.
b.      Bagi Guru
Dengan menggunakan model pembelajaran yang beragam termasuk didalamnya model pembelajaran scramble diharapkan juga dapat meningkatkan kreatifitas guru dalam mengajar dan menunjukkan nilai profesionalitas seorang guru sehingga diharapkan dapat pula memacu kreatifitas dari guru–guru yang lain sehingga semua guru menjadi bersemangat dan berlomba – lomba dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.
c.       Bagi Sekolah
Dengan guru yang kreatif dan siswa yang bersemangat akan didapatkan pula sekolah yang berkualitas dan mampu menunjukkan prestasi yang baik sehingga secara tidak langsung akan meningkatkan mutu pendidikan nasional.

C.      Kajian Teoretik
C.1           Pengertian Belajar
Belajar merupakan proses manusia untuk mengalami perubahan tingkah laku dan mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap. Kemampuan manusia untuk belajar merupakan karakteristik penting yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan  tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungan (Slameto, 2003: 56).
 Belajar merupakan gejala yang wajar. Setiap manusia akan belajar. Namun kondisi-kondisi belajar dapat diatur dan diubah untuk mengembangkan bentuk kelakuan tertentu pada seseorang, atau mempertinggi kemampuan atau mengubah kelakuannya. Belajar bukanlah sekedar proses sekedar mengumpulkan pengetahuan. Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan tingkah laku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari (Sanjaya, 2009:112).

C.2           Pengertian Pembelajaran
Menurut Hamalik (2010:53-54) pengertian pembelajaran adalah “Suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran”. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual, juga komputer. Prosedur meliputi jadwal dan metode penyampain informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainya.
Ada tiga ciri-ciri khas yang terkandung dalam sistem pembelajaran
antara lain:
1.  Rencana, ialah penataan ketenagaan, material, dan prosedur, yang merupakan unsur-unsur sistem pembelajaran, dalam suatu rencana khusus.
2. Kesaling tergantungan, anatara unsur-unsur sistem pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan. Tiap unsur bersifat esensial, dan masing-masing memberikan sumbangannya kepada sistem pembelajaran.
3.  Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai. Ciri ini menjadi dasar perbedaan antara sistem yang dibuat oleh manusia dan sistem yang dialami (natural). Tujuan utama sistem pembelajaran agar siswa belajar.

C.3           Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasi pada tingkat operasinal di kelas. Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru di kelas. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat didefiniskan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar (Suprijono, 2010:77).
Menurut Trianto (2010:51-52), “Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode, atau 12 prosedur. Model pengajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode, atau prosedur”.
Ciri-ciri khusus model pembelajaran adalah:
1.  Rasional teoretis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya. Model pembelajaran mempunyai teori berfikir yang masuk akal. Maksudnya para pencipta atau pengembang membuat teori dengan mempertimbangkan teorinya dengan kenyataan sebenarnya serta tidak secara fiktif dalam menciptakan dan mengembangankannya.
2.  Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai). Model pembelajaran mempunyai tujuan yang jelas tentang apa yang akan dicapai, termasuk di dalamnya apa dan bagaimana siswa belajar dengan baik serta cara memecahkan suatu masalah pembelajaran.
3.  Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil. Model pembelajaran mempunyai tingkah laku mengajar yang diperlukan sehingga apa yang menjadi cita-cita mengajar selama ini dapat berhasil dalam pelaksanaannya.
4.  Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. Model pembelajaran mempunyai lingkungan belajar yang kondusif serta nyaman, sehingga suasana belajar dapat menjadi salah satu aspek penunjang apa yang selama ini menjadi tujuan pembelajaran.
Aunurrahman (2013: 11) menjelaskan bahwa  model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.
Menurut Suyanto dan Jihad (2013:23) bahwa model pembelajaran merupakan kerangka dasar pembelajaran yang dapat diisi oleh beragam muatan mata pelajaran sesuai dengan karakteristik kerangka dasarnya. Model pembelajaran dapat muncul dalam beragam bentuk dan variasinya sesuai dengan landasan filosofis dan pedagogis yang melatar belakanginya. Secara khusus fungsi dari model pembelajaran yaitu sebagai berikut:
a. Pedoman.
b. Pengembangan kurikulum.
c. Penempatan bahan-bahan pembelajaran.
d. Perbaikan dalam pembelajaran.

C.4           Model Scramble
C.4.1        Pengertian Model Scramble
Model scramble adalah model pembelajaran yang membuat siswa mencari jawaban dan menyelesaikan masalah dengan cara membagikan lembar soal dan lembar jawaban dengan menyediakan pilihan jawaban yang sebelumnya sudah diacak terlebih dahulu. model pembelajaran ini membuat siswa mencari jawaban dengan konsep yang kreatif dengan cara menyusun huruf yang telah diacak sehingga membentuk suatu jawaban. Sehingga model scramble membuat siswa tidak mengalami kesulitan selama mengikuti pembelajaran karena siswa dapat belajar sambil bermain. Shoimin (2016: 166).
Model pembelajaran scramble adalah model  pembelajaran  yang menggunakan penekanan  latihan soal yang dikerjakan secara berkelompok yang memerlukan adanya kerjasama antar anggota kelompok dengan berfikir kritis sehingga dapat lebih mudah dalam mencari penyelesaian soal. Model pembelajaran scramble ini secara berkelompok dengan   mencocokkan    kartu   pertanyaan   dan    kartu   jawaban yang telah disediakan sesuai dengan soal (Hesti, 2010: 3-4).
Model pembelajaran scramble memiliki kesamaan dengan model pembelajaran lainnya, siswa dikelompokkan secara acak berdasarkan kemampuan tinggi, sedang, dan rendah, atau jika memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda-beda. Model scramble adalah salah satu permainan bahasa, pada hakikatnya permainan bahasa merupakan suatu aktifitas untuk memperoleh keterampilan tertentu dengan cara menggembirakan (Soeparno, 1998: 60).

C.4.2        Macam-Macam Bentuk Model Scramble
Menurut Soeparno (1998: 61) sesuai dengan sifat jawabannya model ini terdiri atas bermacam-macam bentuk, yakni:
1.  Scramble kata, yakni sebuah permainan menyusun kata-kata dan huruf-huruf yang telah dikacaukan letaknya sehingga membentuk suatu kata tertentu yang bermakna misalnya: rimataha= matahari, bintang = ngitban.
2.  Scramble kalimat: yakni sebuah permainan menyusun kalimat dari kata-kata acak. Contohnya :  Bintang -malam-penuh-ini = Malam ini penuh bintang.
3.  Scramble wacana: yakni sebuah permainan menyusun wacana logis berdasarkan kalimat-kalimat acak. Melalui pembelajaran scramble, siswa dapat dilatih berkreasi menyusun kata, kalimat, atau wacana yang acak susunannya dengan susunan yang bermakna dan mungkin lebih baik dari susunan aslinya.

C.4.3        Langkah-Langkah Model Pembelajaran Scramble
Menurut Kokom Komalasari (2013: 84) Scramble merupakan suatu model mengajar dengan membagikan lembar soal dan lembar jawaban yang disertai dengan alternatif jawaban yang tersedia. Siswa diharapkan mampu mencari jawaban dan cara penyelesaian dari soal yang ada. Scramble merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang disajikan dalam bentuk kartu. Tahapannya adalah sebagai berikut.
1) Membuat kartu soal sesuai materi ajar. Guru membuat soal sesuai dengan materi yang akan disajikan kepada siswa.
2) Membuat kartu jawaban dengan diacak. Guru membuat pilihan jawaban yang susunannya diacak sesuai jawaban soal-soal pada kartu soal.
3) Menyajikan materi. Guru menyajikan materi ajar kepada siswa.
4) Mebagikan kartu soal dan kartu jawaban pada kelompok. Guru membagikan kartu soal dan membagikan kartu jawaban sebagai pilihan jawaban soal-soal pada kartu soal.
5) Siswa berkelompok mengerjakan kartu soal. Siswa berkelompok dan saling membantu mengerjakan soal-soal yang ada pada kartu soal.
6) Siswa mencari jawaban untuk setiap soal-soal dalam kartu soal. Siswa mencari jawaban yang cocok untuk setiap soal yang mereka kerjakan dan memasangkannya pada kartu soal.
Menurut Soeparno (1998: 63) menyatakan bahwa model pembelajaran scramble memiliki langkah-langkah, yaitu:
(1) Buatlah kartu soal sesuai materi bahan ajar,
(2) Kemudian buat kartu jawaban dengan diacak nomornya,
(3) Setelah itu sajikan materi,
(4) Membagikan kartu soal dan kartu jawaban pada kelompok,
(5) Siswa berkelompok mengerjakan soal dan mencari kartu soal untuk jawaban yang cocok.
Menurut Shoimin (1998: 167) model pembelajaran kooperatif scramble, memiliki kesamaan dengan model pembelajaran kooperatif lainnya, yaitu siswa dikelompokkan secara acak berdasarkan kemampuan tinggi, sedang, dan rendah, atau jika memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda-beda. model pembelajaran scramble dapat dilakukan seorang guru dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.  Guru menyiapkan sebuah wacana, kemudian keluarkan kalimat-kalimat yang terdapat dalam wacana tersebut ke dalam kartu-kartu kalimat
2.  Guru membuat kartu soal beserta kartu jawaban yang di acak nomornya sesuai materi bahan ajar teks yang telah dibagikan sebelumnya dan membagikan kartu soal tersebut
3.  Siswa dalam kelompok masing-masing mengerjakan soal dan mencari kartu soal untuk jawaban yang cocok, sebelumnya jawaban telah di acak sedemikian rupa.
4.  Siswa diharuskan dapat menyusun kata jawaban yang telah tersedia dalam waktu yang telah ditentukan. Setelah selesai mengerjakan soal, hasil pekerjaan siswa dikumpulkan dan dilakukan pemeriksaan.
           
C.4.4        Manfaat Model Pembelajaran Scramble

Menurut Soeparno (1998: 64) model pembelajaran scramble memiliki beberapa manfaat bagi peserta didika maupun guru, antara lain:

Bagi Peserta Didik :

1. Peserta didik yang mengalami kesulitan dalam mengingat istilah yang sulit akan terkurangi bebannya.
2.  Peserta didik lebih termotivasi untuk belajar.
3. Meningkatkan kemampuan bekerja sama dan bersosialisasi.

Bagi guru :

1.  Mendapat pengalaman langsung dalam pelaksanaan pembelajaran.
2.  Sebagai motivasi meningkatkan keterampilan untuk memilih strategi pembelajaran yang bervariasi yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran sehingga memberikan layanan yang terbaik bagi peserta didik.
3.  Guru dapat semakin menciptakan suasana lingkungan kelas yang menyenangkan tapi tetap serius.

C.4.5        Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Scramble
                        Menurut Soeparno (1998: 65) model pembelajaran scramble memiliki kelebihan dan kelemahan dalam penggunaannya, yaitu :
Kelebihan model pembelajaran scramble :
1.    Dalam model pembelajaran ini , tidak ada siswa atau anggota kelompok yang pasif atau hanya diam, hal ini dikarenakan setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab untuk keberhasilan kelompoknya. Setiap anggota kelompok diharuskan untuk mengetahui segala hal yang di kerjakan di dalam keklompoknya, mengetahui bahwa semua anggota memiliki tujuan yang sama, membagi tugas dan juga tanggung jawab yang sama diantara anggotanya, semua anggota akan dikenai evaluasi, setiap anggota juga harus siap menjadi pemimpin dan dapat berbagi dalam belajar bersama-sama. Selain itu setiap anggota juga akan di mintai pertanggungjawabanya secara mandiri tentang materi yang ditangani dalam kelompok.
2.    Model pembelajaran scramble membuat siswa lebih kreatif dalam belajar dan berpikir, mempelajari materi secara lebih santai dan tanpa tekanan karena model pembelajaran scramble memungkinkan para siswa untuk belajar sambil bermain.
3.    Model pembelajaran scramble dapat menumbuhkan rasa solidaritas diantara anggota kelompoknya.
4.    Materi yang diberikan menjadi mengesankan dan selalu diingat siswa.

5.    Model pembelajaran scramble juga mendorong siswa lebih kompetitif dan semangat untuk lebih maju.
Kelemahan model pembelajaran scramble :
1.    Model pembelajaran ini sulit dalam hal perencanaanya karena belum terbiasa dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
2.    Memerlukan waktu yang panjang dalam pengimplementasiannya, sehingga guru susah menyesuaikan waktu yang sudah ditetapkan.
3.    Model pembelajaran ini sulit diimplementasikan apabila kriteria keberhasilan belajar masih ditentukan oleh kemampuan siswa.
4.    Karena menggunakan metode permainan, model pembelajaran ini sering menimbulkan kegaduhan yang bisa mengganggu kelas.

C.5           Motivasi Belajar
C.5.1        Pengertian Motivasi Belajar
Setiap individu memiliki kondisi alamiah yang berbeda-beda dan beperan dalam setiap aktivitas yang dilakukan. Kondisi yang dimaksud salah satunya adalah motivasi. Motivasi adalah sebuah keinginan yang timbul dalam diri untuk melakukan sesuatu. Seseorang yang memiliki keinginan yang kuat biasanya akan bekerja keras untuk mencapai tujuannya. Dapat dikatakan bahwa, “Motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai oleh timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan” (Djaali, 2014: 30).
Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan yang ada dalam diri individu dan menyebabkan individu tersebut bertindak namun tidak dapat dilihat secara langsung hanya saja bisa diinterpretasikan dalam tingkah laku. Maka dapat dikatakan bahwa motivasi adalah kondisi alamiah seseorang baik secara fisiologis dan psikologis seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas yang ditandai oleh timbulnya perasaan dan rekasi untuk mencapai tujuan (kebutuhan) yang diinterpretasikan dalam tingkah laku. Motivasi juga berpengaruh dalam proses belajar mengajar, tidak semua siswa mengalami proses belajar dengan motivasi yang sama, ada siswa yang perlu dorongan lebih untuk bisa diajak mengalami proses belajar, namun ada juga siswa yang dengan kesadaran sendiri melakukannya, biasannya seperti ini akan terlihat lebih menonjol saat pembelajaran. Motivasi berfungsi sebagai pendorong, pengarah dan penggerak tingkah laku. Motivasi mempunyai nilai dalam menentukan keberhasilan, demokratisasi pendidikan, membina kreativitas dan imajinasi guru, dan menentukan efektivitas pembelajaran (Hamzah, 2006: 25-26).
Motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama. Motivasi untuk belajar sangat berperan penting bagi siswa dan guru. Motivasi juga terkait erat dengan kebutuhan, semakin besar kebutuhan seseorang akan sesuatu yang ingin ia capai, maka akan semakin kuat motivasi untuk mencapainya. Kebutuhan yang kuat terhadap sesuatu akan mendorong seseorang untuk mencapainya dengan sekuat tenaga. Hanya dengan motivasilah anak didik dapat tergerak hatinya untuk belajar bersama teman-temannya yang lain (Aunurrahman, 2013: 20).
Motivasi belajar merupakan kekuatan (power motivation), daya pendorong (driving force), atau alat pembangun kesediaan dan keinginan yang kuat dalam diri peserta didik untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan dalam rangka perubahan perilaku baik dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor (Sugihartono, 2007: 20).
           
C.5.2        Fungsi Motivasi Belajar
Menurut Sugihartono (2007: 23) motivasi belajar bertalian erat dengan tujuan belajar,  terkait dengan hal tersebut motivasi mempunyai fungsi:
1.  Mendorong peserta didik untuk berbuat. Motivasi sebagai pendorong atau motor dari setiap kegiatan belajar.
2.  Menentukan arah kegiatan pembelajaran yakni kearah tujuan belajar yang hendak dicapai. Motivasi belajar memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
3. Menyeleksi kegiatan pembelajaran, yakni menentukan kegiatan-kegiatan apa yang harus dikerjakan yang sesuai guna mencapai tujuan pembelajaran dengan menyeleksi kegiatan-kegiatan yang tidak menunjang bagi pencapaian tujuan tersebut.
Menurut Djaali (2014: 35) motivasi belajar memiliki fungsi bagi guru sebagai berikut:
1.  Membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat belajar siswa untuk belajar sampai berhasil, membangkitkan jika belajar siswa tidak bersemangat, meningkatkan bila semangat belajar siswa timbul tenggelam, memelihara bila semangat belajar siswa telah kuat untuk mencapai tujuan belajar;
2.  Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu diantara bermacam-macam pendekatan belajar yang sesuai dengan mata ajar yang menjadi tanggung jawabnya;
3.  Memberi peluang bagi guru untuk memantapkan unjuk kerja dalam konteks rekayasa pedagogis sehingga guru membuat siswa berhasil dalam belajar.
Dan fungsi motivasi belajar bagi siswa adalah sebagai berikut:
1.  Menyadarkan kedudukan awal belajar, proses, dan hasil akhir;
2.  Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar bila dibandingkan dengan teman sebaya;
3.  Mengarahkan kegiatan ke arah pembelajaran yang lebih berkualitas;
4.  Membesarkan semangat belajar bagi para siswa;
5.  Menyadarkan tentang adanya perjalanan yang harus ditempuh dalam proses belajar.
Menurut Hamalik (2010: 72) fungsi motivasi dalam belajar dan pembelajaran adalah:
1.  Mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan. Tanpa motivasi tidak akan timbul suatu perbuatan misalnya belajar.
2.  Motivasi berfungsi sebgai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
3.  Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya menggerakkan tingkah laku seseorang. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.

C.5.3        Jenis Motivasi Belajar
Adapun Menurut Aunurahman (2013: 23) mengelompokkan motivasi sebagai berikut:
(1) motivasi intrinsik/dalam diri seseorang,
(2) motivasi ektrinsik/luar diri seseorang.
Dimana motivasi intrinsik terjadi dari dalam diri sendiri untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang dianggapnya menyenangkan tanpa adanya paksaan atau tidak bergantung pada penghargaan yang diberikan dari aktivitas yang dilakukannya. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah proses atau aktivitas yang dilakukan individu untuk mencapai tujuan tertentu guna mendapatkan suatu penghargaan, pujian serta menghindari hukuman dari lingkungannya. Sehingga pada era ini sangat dibutuhkan para pendidik membantu siswa untuk meningkatkan motivasi instrinsik dari setiap individu sehingga proses pembelajaran akan mencapaihasil yang diinginkan.
Menurut Hamzah (2013: 18) yang mengelompokkan motivasi sebagai berikut :
Motivasi intrinsik berisi : (1) penyesuaian tugas dengan minat, (2) perencanaan yang penuh variasi, (3) umpan balik atau respon siswa, (4) kesempatan respon peserta didik yang aktif, dan (5) kesempatan peserta didik untuk menyesuaikan tugas dan pekerjaannya. Sedangkan motivasi ekstrinsik berisi : (1) penyesuaian dengan minat, (2) perencanaan yang penuh variasi, (3) respon siswa, (4) kesempatan peserta didik yang aktif, (5) kesempatan peserta didik untuk menyesuaikan tugas pekerjaannya, dan (6) adanya kegiatan yang menarik dalambelajar.
Menurut Yamin (2012: 43) motivasi dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan jenisnya , yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dari luar namun tidak selalu memiliki hubungan dengan aktivitas belajar. Bentuk motivasi ekstrinsik seperti belajar memenuhi kewajiban, menghindari hukuman, mendapatkan hadiah, meningkatkan gengsi, memperoleh pujian dan belajar demi tuntutan jabatan yang diinginkan. Sedangkan motivasi intrinsik merupakan motivasi belajar yang timbul murni dari diri sendiri untuk bisa memecahkan suatu permasalahan atau mencapai suatu tujuan.
           
C.5.4        Cara Membangkitkan Motivasi Belajar
Menurut Sugihartono (2007: 28) mengemukakan beberapa cara untuk membangkitkan motivasi belajar yaitu:
a.  Peserta didik memperoleh pemahaman (comprehension) yang jelas mengenai proses pembelajaran.
b.  Peserta didik memperoleh kesadaran diri (self consciousness) terhadap pembelajaran.
c.  Menyesuaikan tujuan pembelajaran dengan kebutuhan peserta didik.
d. Memberi sentuhan lembut (soft touch).
e.  Memberikan hadiah (reward).       
f.  Memberikan pujian dan penghormatan.
g.  Peserta didik mengetahui prestasi belajarnya.
h.  Adanya iklim belajar yang kompetitif secara sehat.
i.   Belajar menggunakan multimedia.
j.   Belajar menggunakan multimetode.
k.  Guru yang kompeten dan humoris.
l.   Suasana lingkungan sekolah yang sehat.
Menurut Aunurrahman (2013: 24) agar motivasi belajar siswa dapat tumbuh dengan baik maka guru harus berusaha sebagai berikut:
a. Merancang atau menyiapkan bahan ajar yang menarik.
b. Mengkondisikan proses belajar aktif.
c.  Menggunakan metode dan teknik pembelajaran yang menyenangkan.
d. Mengupayakan pemenuhan kebutuhan siswa didalam belajar.
e.  Meyakinkan siswa bahwa mereka mampu mencapai suatu prestasi.
f.  Mengoreksi sesegera mungkin pekerjaan siswa dan memberitahukan hasilnya kepada siswa.
g.  Memberitahukan nilai dari pelajaran yang sedang dipelajari siswa dan menghubungkannya dengan kehidupan nyata sehari-hari.
Menurut Hamzah (2013: 20) beberapa hal yang dapat di lakukan oleh guru dalam membangkitkan motivasi siswanya ialah:
a.    Guru ikut terlibat dalam kehidupan siswanya
Salah satu bukti guru mengasihi siswanya adalah dengan melibatkan dirinya dalam kehidupan mereka. Kerelaan dan ketulusan guru dalam melayani mereka, secara psikhis menimbulkan kedekatan antara guru dan murid. Dengan tindakan ini, guru sudah berhasil merebut hati siswanya sehingga memudahkannya untuk menanamkan motivasi kepada mereka.
b.   Guru menjadi idola siswa berkaitan dengan sikapnya dikelas
Sikap guru harus dapat dijadikan panutan (teladan) yang baik bagi siswanya. Guru yang baik akan menjadi idola di mata siswa. Pendapat dan nasihatnya terkadang lebih dipercaya dibandingkan dengan pendapat orang tua. Usaha guru membangun motivasi siswa akan kandas jika sikap yang ditunjukkan guru tidak simpatik.
c.    Ciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan
Peran guru sebagai motivator tidak terlepas dari perannya sebagai pengelola kelas. Penciptaan suasana pembelajaran yang menyenangkan tak lepas dari perencanaan pembelajaran yang baik. Seorang guru harus mempersiapkan media belajar, model dan strategi pembelajaran serta teknik penyampaian yang menarik perhatian sekaligus merangsang.
d.   Teknik mengajar guru harus menarik
Guru yang hendak tampil di depan siswa harus menguasai materi dan metode penyampaiannya. Hal ini diperlukan agar guru memiliki kebebasan dalam mengembangkan teknik mengajarnya sehingga menari minat siswa. Metode yang disajikan dan dikemas dengan gaya mengajar yang menarik akan mampu membangkitkan motivasi siswa dalam belajarnya.
e.    Hargailah hasil pekerjaan siswa
Kebiasaan guru yang terlalu sering memberi tugas, namun jarang memberikan penilaian akan berdampak tidak baik terhadap motivasi belajar mereka. Oleh karena itu, guru jangan enggan menilai hasil kerja siswa, hargailah pekerjaan mereka, dan berika pujian terhadap prestasi mereka. Jadikanlah penilaian yang kita berikan sebagai alat perangsang motivasi siswa.
f.    Ciptakan suasana persaingan yang sehat antar siswa
Prestasi seorang teman biasanya, merangsang teman yang lain untuk berprestasi pula, sehingga dapat memunculkan persaingan antar siswa. Persaingan yang positif akan memunculkan dorongan (motivasi siswa untuk giat belajar). Untuk itu guru harus mampu menciptakan suasana persaingan yang sehat di antara mereka.
g.   Lihatlah cara mengajar kita dari kaca mata siswa
Siswa tidak memahami tentang materi yang guru sampaikan, siswa tidak menyukai cara mengajar guru, mungkin juga siswa merasa bosan dengan metode atau model pembelajaran yang monoton. Untul itu kita perlu melihat cara mengajar kita dari kaca mata mereka. Misalnya siswa diminta untuk mengisi kuesioner yang telah kita buat guna mengetahui titik kelebihan dan kekurangan cara mengajar kita.
           
C.5.5        Manfaat Motivasi Belajar
Menurut Aunurrahman (2013: 25) memberi motivasi kepada siswa berarti memberi dorongan agar siswa tergerak untuk melakukan sesuatu hingga tercapai tujuannya. Manfaat motivasi belajar antara lain adalah:
1.  Mendorong siswa untuk lebih semangat mengatasi kesulitan belajar;
2.  Mengarahkan siswa kepada tujuan pembelajaran;
3.  Membantu siswa menemukan cara belajar yang sesuai dengan pribadi masingmasing.
Adanya motivasi bertujuan untuk mengkondisikan siswa secara internal maupun eksternal untuk mencapai tujuan pembelajaran , karena dengan motivasi sikap yang diperlihatkan oleh siswa akan tertuju pada tercapainya tujuan belajar.

C.6           Usaha dan Energi
C.6.1        Usaha
Dalam keseharian, istilah usaha dapat diartikan sebagai segala daya upaya atau kegiatan yang dilakukan manusia untuk mencapai tujuan tertentu. Sebagai contoh, untuk meraih tujuan berupa pengetahuan, seseorang harus melakukan usaha berupa kegiatan belajar. Lalu bagaimanakah arti usaha dalam fisika?
Dalam fisika, usaha selalu melibatkan gaya dan perpindahan. Usaha hanya akan terjadi jika gaya yang bekerja pada suatu benda menghasilkan perpindahan pada benda itu. Jadi, meskipun pada benda bekerja gaya yang sangat besar, tetapi jika benda tidak mengalami perpindahan, berarti tidak ada usaha yang terjadi pada benda itu.
           
 

Gambar 2.1. Gaya (F) searah dengan perpindahan

Usaha yang dilakukan oleh gaya tetap F sama dengan hasil kali titik (dot product) antara gaya dan perpindahan secara matematis ditulis :
W = F . s                                             (2.1)    
Dalam sistem SI satuan usaha adalah joule, disingkat J. Dengan mengingat satuan gaya adalah newton dan satuan perpindahan adalah meter, maka satu joule sama dengan satu newton meter (Nm).
1 joule = 1 newton meter = 107 erg

Dari hubungan di atas dapat dikatakan bahwa :
 

1. Usaha oleh gaya tetap (konstan)

 
Gambar 2.2. Gaya F membentuk sudut (θ) terhadap perpindahan (s)
Usaha yang dilakukan oleh gaya F pada gambar 2 merupakan hasil kali antara komponen gaya yang searah gerak dengan perpindahannya. Secara matematis :
W = (F cos θ) (s)                                             (2.2)
Dengan sudut θ adalah sudut antara arah gaya dan perpindahan.
Nilai cos θ dapat berharga positif, negative, atau nol sehingga w dapat juga brharga positif, negative, atau nol. Usaha bernilai positif jika gaya yang menyebabkan perpindahan searah dengan arah perpindahan. Usaha bernilai negative jika gaya yang menyebabkan perpindahan berlawanan arah dengan arah perpindahan. Jika arah gaya tegak lurus dengan arah perpindahan, maka usahanya bernilai nol.

2. Usaha oleh Beberapa Gaya
Usaha merupakan besaran skalar. Apabila pada suatu benda bekerja beberapa gaya yang masing-masing melakukan usaha sebesar , , , ...., ; maka usaha total yang dilakukan gaya-gaya tersebut sama dengan jumlah skalar semua usaha yang dilakukan oleh masing-masing gaya, yaitu :
W = W1 + W2 + W3 + …. + Wn                               (2.3)


 
Gambar 2.3. Gaya pada permukaan yang kasar

Untuk sistem seperti pada gambar 3, gaya-gaya yang menimbulkan usaha adalah F dan fk sehingga usaha total adalah :
W = (F - fk).s                                                  (2.4)
Gambar 4 menunjukan grafik hubungan antara gaya konstan F yang bekerja pada benda sehingga benda berpindah sejauh s. Usaha yang dilakukan oleh gaya sama dengan luas daerah di bawah grafik, yaitu Fs.

                                                                     
Gambar 2.4. Grafik gaya (F) sebagai fungsi perpindahan (x)

C.6.2        Energi
Energi merupakan kemampuan untuk melakukan suatu usaha. Kita akan mempelajari dua bentuk energi, yaitu energi potensial dan energi kinetik. Energi potensial yang akan kita pelajari disini adalah energi potensial gravitasi.
           
C.6.2.1     Energi Kinetik
Menurut Kanginan (2006), “Energi kinetik adalah energi yang dimiliki benda karena gerakannya (atau kecepatannya)”. Selanjutnya Giancoli (2001), Kata kinetik berasal dari bahasa yunani, kinetikos, yang artinya gerak. Ketika benda bergerak, benda pasti memiliki kecepatan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa energi kinetik merupakan energi yang dimiliki benda karena gerakannya atau kecepatannya.
Energi kinetik dirumuskan sebagai:
                                                                                                    (2.5)
Keterangan :    = energi kinetik (J)
m = massa benda (kg)
v = kecepatan benda (m/s)

C.6.2.2     Energi Potensial
                        Menurut Kanginan (2006), “Energi yang dimiliki benda karena letaknya atau posisinya”. Berdasarkan pendapat dari sumber tersebut bisa disimpulkan bahwa energi potensial adalah energi yang tersimpan dalam suatu benda yang disebabkan oleh kedudukan atau posisi benda tersebut, yang suatu saat dapat dimunculkan.
Berbagai jenis energi potensial dapat didefinisikan, dan setiap jenis dihubungkan dengan suatu gaya tertentu. Contoh yang paling umum dari energi potensial adalah energi potensial gravitasi. Energi potensial gravitasi ini timbul akibat tarikan gaya gravitasi bumi yang bekerja pada benda. Jika massa beban diperbesar, energi potensial gravitasinya juga akan membesar. Demikian juga, apabila ketinggian benda dari tanah diperbesar, energi potensial gravitasi beban tersebut akan semakin besar.

   
Gambar 2.5. Gaya ke atas untuk mengangkat sebuah batu bata (Giancoli 2001)
Menentukan energi potensial gravitasi sebuah benda di permukaan bumi. Untuk mengangkat vertikal benda dengan massa , gaya ke atas yang paling tidak sama dengan beratnya . Untuk mengangkat benda itu tanpa percepatan setinggi , dari posisi  ke  pada gambar (dipilih arah ke atas positif), orang harus melakukan kerja yang sama dengan hasil kali gaya eksternal yang dibutuhkan,  ke atas dan jarak vertikal , yaitu:
                                              
                                                                                       (2.6)

Gravitasi juga bekerja pada benda sewaktu bergerak dari  ke  dan melakukan kerja padanya sama dengan :
                                               
                                               
                                               
                                                                                      (2.7)
Dengan demikian, energi potensial sebuah benda sebagai hasil kali beratnya  dan ketinggiannya  di atas tingkat acuan tertentu :
                                                                                    (2.8)
Keterangan :   
 = energi potensial gravitasi (J)
      = massa benda (kg)
          = percepatan gravitasi (m/s2)
          = ketinggian benda (m)
Energi potensial gravitasi bergantung pada jarak vertikal atau ketinggian benda di atas titik acuan tertentu. Misalkan ditetapkan tanah sebagai titik acuan jika benda mulai bergerak dari permukaan tanah atau gerakan benda menuju permukaan tanah. Apabila sebuah benda dipegang pada ketinggian tertentu di atas meja, meja tersebut dapat dipilih sebagai titik acuan atau juga bisa menentukan permukaan lantai sebagai titik acuannya. Jika ditetapkan permukaan meja sebagai titik acuan maka  atau ketinggian benda tersebut diukur dari permukaan meja. Apabila ditetapkan tanah sebagai titik acuannya maka ketinggian benda ( ) diukur dari permukaan lantai.
Ada jenis energi potensial lain di samping gravitasi, yaitu energi potensial yang berhubungan dengan bahan-bahan elastis. Energi yang tersimpan di dalam benda elastis karena adanya gaya tekan dan gaya regang yang bekerja pada benda. Besarnya energi potensial elastis bergantung pada besarnya gaya tekan atau gaya regang yang diberikan pada benda tersebut. Diketahui bahwa gaya pemulih pada pegas berbanding lurus dengan pertambahan panjangnya. Pegas yang berada dalam keadaan tertekan atau teregang dikatakan memiliki energi potensial elastis karena pegas tidak berada dalam keadaan posisi setimbang.


                            
Gambar 2.6. Usaha yang dilakukan oleh gaya pegas (Kanginan 2006)
                        untuk benda berpindah dari posisi (1) ke posisi (2) adalah
                                                                                                           (2.9)
                                    Besar usaha yang dilakukan oleh gaya pegas,  ketika benda berpindah dari posisi (1) dengan simpangan  ke posisi (2) dengan simpangan  (gambar 4.c) gaya  berlawanan dengan perpindahan , maka :
Dengan menggunakan integral, maka:
Usaha oleh gaya pegas :
                       (2.10)
                                 (2.11)
Keterangan:
 = gaya pegas
 = konstanta pegas
 = panjang rentangan pegas
 = gaya rata-rata

C.6.2.3     Hukum Kekekalan Energi
Tenaga dapat beralih-ragam dari satu bentuk ke bentuk yang lain, tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan; tenaga total selalu konstan”. Selanjutnya Kanginan (2008), “Hukum kekekalan energi menyatakan bahwa Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan,tetapi energi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk lain”. Berdasarkan hukum tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada peristiwa jatuhnya buah mangga, energi berubah bentuk dari energi potensial  menjadi energi kinetik. Energi potensial tidak hilang begitu saja. Namun, berubah sedikit demi sedikit sampai akhirnya menjadi energi kinetik semua.  Pada perubahan tersebut, jumlah energi potensial dan kinetik pada kelapa akan sama setiap saat. Dengan kata lain, energi mekanik pada mangga akan selalu tetap.  Inilah yang disebut dengan hukum kekekalan energi mekanik, yang juga dapat dirumuskan sebagai berikut:
 tetap                                  (2.12)
Keterangan:
 = energi mekanik (J)
 = energi potensial (J)
 = energi kinetik (J)
Menurut Giancoli (2001), “Jika hanya gaya-gaya konservatif yang bekerja, energi mekanik total dari sebuah sistem tidak bertambah maupun berkurang pada proses apapun, energi tersebut tetap konstan-kekal". Kekekalan tenaga mekanis hanya dapat dianggap berlaku jika tidak ada gaya tak-konservatif yang bekerja atau jika usaha yang dilakukan gaya tak-konsertvatif dapat diabaikan”.

C.6.2.4     Hubungan antara Usaha dan Energi Kinetik
Sebuah benda bermassa m dengan kecepatan awal v0. Pada benda tersebut bekerja gaya sebesar F sehingga kecepatannya menjadi v. Menurut hukum II Newton, percepatan yang dialami benda adalah :
                                                  (2.13)

                     
Gambar 2.7. Gaya tidak sama dengan nol
Ketika benda mendapatkan resultan gaya tidak sama dengan nol, benda akan mengalami perubahan kecepatan. Berdasarkan rumus GLBB,
                                   (2.14)
Berdasarkan gambar 2.5, diperoleh :
                                   (2.15)
                                    Dengan mengingat persamaan (2.14), diperoleh :
                          (2.16)
                                                Ruas kiri persamaan (2.16) tidak lain merupakan usaha yang dilakukan oleh gaya F sehingga dapat pula dinyatakan sebagai:
                          (2.17)
                                    Dari persamaan (2.17) tampak bahwa usaha yang dilakukan oleh suatu gaya pada benda sama dengan perubahan energi kinetik benda itu. Secara matematis :
                                            (2.18)
(Purwoko dkk, 2002).

C.7           Hasil Penelitian yang Relevan
                        Penelitian yang relevan dalam penelitian ini antara lain: Hasil penelitian Piping Sugiharti (2011), yang berjudul “Penggunaan Metode Scramble pada Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa ”, menghasilkan motivasi siswa meningkat terbukti dengan data yang menunjukkan presentase siswa yang kurang perhatian, bengong dan mengobrol mulai berkurang hingga kurang dari 19%, sebaliknya siswa yang bersemangat, aktif, dan berani mengungkapkan pendapat menjadi meningkat mencapai 69%.

C.8           Kerangka Berfikir
                        Hakekat pembelajaran fisika adalah belajar konsep. Untuk belajar fisika harus dimiliki metode atau cara khusus dalam belajar dan mengajarkannya. Sebagian besar siswa SMA mengalamai kesulitan dalam belajar fisika, kesulitan tersebut disebabkan karena kurang tertariknya siswa untuk belajar fisika. Terbukti dalam pembelajaran fisika di kelas X MIA 3 SMAN 5 Kota Jambi masih banyak ditemukan masalah-masalah dalam pembelajaran, antara lain motivasi belajar siswa yang rendah sehingga menyebabkan hasil belajar siswa juga rendah.
                        Penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat dalam proses pembelajaran juga dapat menimbulkan kebosanan atau kejenuhan, kurang memahami konsep dan monoton sehingga siswa kurang termotivasi untuk belajar. Kejenuhan ini membuat siswa lebih banyak pasif dan kurang terlibat dalam proses pembelajaran. Untuk mengatasi masalah tersebut, peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran scramble dalam pembelajaran fisika materi usaha dan energi. Model scramble ini merupakan  model yang mengedepankan aktivitas dan kreatifitas siswa. Materi usaha dan energi dirasa cocok dengan model ini karena dalam materi tersebut ditemui banyak konsep dan penerapan dalam kehidupan sehari-hari sehingga dengan model ini konsep yang diajarkan dapat lebih melekat dalam ingatan siswa karena mendapatkannya sendiri.
                        Dengan diterapkannya model pembelajaran scramble dalam pembelajaran fisika, diharapkan dapat membuat siswa lebih aktif karena membuat siswa mencari jawaban dengan konsep yang kreatif dengan cara menyusun huruf yang telah diacak sehingga membentuk suatu jawaban, sehingga model scramble membuat siswa tidak mengalami kesulitan selama mengikuti pembelajaran karena siswa dapat belajar sambil bermain. Maka diharapkan dengan model scramble ini dapat membuat motivasi siswa kelas X MIA 3 jauh lebih meningkat sehingga hasil belajar juga ikut meningkat.

D.      Metode Penelitian
D.1           Tempat dan Waktu Penelitian
                                    Tempat dan waktu penelitian tindakan kelas dilaksanakan di SMAN 5 Kota Jambi untuk mata pelajaran fisika materi usaha dan energi yang dilaksanakan pada semester genap Tahun Ajaran 2018/2019, sesuai dengan kalender akademik SMAN 5 Kota Jambi.


D.2           Subjek Penelitian
                                    Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa SMAN 5 Kota Jambi kelas X MIA 3 yang terdiri dari 35 siswa dengan jumlah laki-laki 15 siswa dan perempuan 20 siswa.

D.3           Data dan Sumber Data
D.3.1        Data
                                                Data ialah bahan mentah yang perlu diolah sehingga menghasilkan informasi atau keterangan, baik kualitatif maupun kuantitatif yang menunjukkan fakta.      Jenis data yang diambil dalam penelitian ini adalah :
a.    Data kualitatif, yaitu data tentang hasil wawancara dengan guru mata pelajaran, data tentang kegiatan pembelajaran, dan dokumentasi berupa foto saat pembelajaran.
b.   Data kuantitatif, yaitu data tentang hasil angket motivasi belajar siswa dan hasil tes soal pilihan ganda siswa.

D.3.2        Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas X MIA 3 SMAN 5 Kota Jambi Tahun Ajaran 2018/2019 dan Guru mata pelajaran Fisika.

D.4           Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan bertujuan untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
a.       Kuantitatif, yaitu dengan menggunakan angket motivasi belajar siswa dengan butir pernyataan sebanyak 30 buah dan tes berupa soal pilihan ganda kepada siswa tiap akhir siklus.
b.      Kualitatif, yaitu dengan menggunakan pedoman wawancara yang ditujukan kepada guru, dokumentasi berupa catatan dan foto, dan observasi terhadap fenomena, peristiwa, atau kejadian di lokasi penelitian.

D.5           Teknik Analisa Data
D.5.1        Analisis Data Kuantitatif
a.         Soal
Soal yang digunakan dalam penelitian adalah soal pilihan ganda yang terdiri dari 15 soal untuk masing-masing siklus. Persamaan yang digunakan sebagai berikut :

P =  x 100 %
Keterangan:
P = Persentase
X= Jumlah soal

b.    Angket Motivasi Belajar Siswa
Analisis hasil pengisian angket motivasi dilakukan dengan memberi skor pada masing-masing butir pada lembar angket.
Tabel.3 Penskoran Angket Motivasi siswa

Skor Jawaban
SS
S
KS
TS
STS
Pernyataan Positif (+)
5
4
3
2
1
Pernyataan Negatif (-)
1
2
3
4
5

Keterangan :
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
KS = Kurang Setuju
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju

Selanjutnya cari rata-rata angket motivasi dengan cara statistik kuantitatif deskriptif :
a.         Menghitung banyaknya siswa yang melakukan aktivitas sesuai indikator     yang diamati.
b.        Mencari besar persentase skor aktivitas belajar-belajar siswa setiap indikator yang diamati pada setiap siklus dengan cara :
Persentase = x 100
c.         Menghitung rata-rata persentase keaktifan belajar siswa pada setiap indikator yang diamati pada setiap siklus.
d.        Mengkategorikan rata-rata keaktifan belajar siswa pada setiap indikator yang diamati pada setiap siklus, sesuai dengan kategori yang telah ditentukan untuk membuat kesimpulan mengenai aktivitas belajar siswa.

Menurut Ridwan (Riduwan, 2007), kriteria persentase untuk skor hasil angket motivasi siswa terhadap pelajaran fisika, sebagai berikut :
Persentase yang diperoleh
Keterangan
85% ≤ P ≤ 100%
Sangat Tinggi
70% ≤ P ≤ 85%
Tinggi
55% ≤ P ≤ 70%
Sedang
40% ≤ P ≤ 55%
Rendah
0% ≤ P ≤ 40%
Sangat Rendah
Tabel.4 Kriteria persentase untuk skor hasil angket motivasi siswa







D.5.2        Analisis Data Kuanlitatif
Adapun teknik analisa data untuk data kualitatif menggunakan teknik coding. Coding merupakan proses mengorganisasikan data dengan mengumpulkan potongan (bagian teks atau bagian gambar) dan menuliskan kategori dalam batasan-batasan (Creswell, 2015). Langkah ini melibatkan pengambilan data tulisan atau gambar yang dikumpulkan selama proses pengumpulan, mensegmentasi kalimat atau gambar kedalam kategori, kemudian melabeli kategori dengan istilah khusus.

D.6           Indikator Pencapaian
Indikator pencapaian dalam penelitian tindakan kelas ini ditunjukkan dengan perubahan ke arah perbaikan, terkait dengan motivasi belajar dan hasil belajar di kelas X MIA 3 Kota Jambi.
a.    Peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari hasil tes soal melalui model Scramble dengan menggunakan kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan oleh sekolah yaitu dengan nilai ketuntasan ≥ 75 sebanyak 70 % dari total keseluruhan siswa
b.   Peningkatan motivasi siswa dilihat dari aktivitas belajar siswa selama kegiatan belajar mengajar ≤ 70 %.

D.7           Prosedur Penelitian
           

           









                        Gambar 3.1 Skema Tahapan Pelaksanaan PTK
          (Sumber: Arikunto, 2013)
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2013. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Aunnurahman. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Djaali. 2014. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hamalik, Oemar. 2010. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamzah, Uno B. 2006. Teori Motivasi & Pengukurannya. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hamzah, Uno B. 2013. Teori Motivasi Dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.
Hesti. 2010. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Kencana
Kokom, Komalasari. 2013. Pembelajaran Kontekstual Konsep Dan Aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama.
Purwoko, dkk. 2002. Fisika untuk SMA /MA kelas XI. Bandung: Alfabeta
Sagala, S. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sanjaya, W. 2009. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Prenada Media Group.
Shoimin, A. 2016. 68 Model Pembelajaran Inovatif da-lam Kurikulum 2013. Yog-yakarta: Ar-Ruzz Media.
Slameto., 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Soeparno. 1998. Model-model pembelajaran inovatif. Surabaya: Prestasi Pustaka.
Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Uny Press.
Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning.Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Suyanto dan Jihad, A. 2013. Menjadi Guru Profesional (Strategi Meningkatkan Kualifikasi dan Kualitas Guru di Era Global). Jakarta: Esensi Erlangga Group.
Trianto. 2010. Mendesain Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.
Yamin. 2012. Psikolagi Belajar. Jakarta: Rajawali Pers.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAPORAN PRAKTIKUM ELDAS

OSILATOR HARMONIK